Surabaya – Sumber daya manusia (SDM) berkualitas sangat dibutuhkan untuk menghadapi segala tantangan dari globalisasi. Untuk meningkatkan kualitas SDM, salah satunya dapat dijalankan dengan cara peningkatan minat baca masyarakat.
Membaca buku merupakan salah satu aktivitas yang mana sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Dengan membaca buku, seseorang akan memperoleh pengetahuan yang dimaksud luas serta juga mampu meningkatkan pola pikir kemudian kinerja otak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) membaca adalah bukan belaka sekadar melisankan sebuah tulisan, namun yang digunakan dimaksud lebih besar lanjut penting adalah meresapi makna dari apa yang digunakan tertulis.
Melalui kegiatan membaca setiap individu mampu memperoleh informasi atau pesan yang hal tersebut diberikan oleh pemberi informasi melalui media tulis juga rangkaian kata. Dalam prosesnya, pembaca akan dapat memahami makna serta juga tentunya pesan yang dimaksud itu disampaikan oleh penulis dapat tersampaikan dengan baik.
Untuk itu, perlu adanya buku-buku bacaan yang digunakan dimaksud memadai untuk menambah nutrisi otak kita. Tentunya, buku-buku itu bisa saja sekadar diakses melalui berbagai macam perpustakaan baik itu perpustakaan keluarga, sekolah, perguruan tinggi maupun perpustakaan umum.
Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi yang digunakan menyediakan semua jenis pengetahuan serta informasi untuk penggunanya.
Namun belakangan ini hampir semua perpustakaan umum di dalam tempat daerah-daerah selalu sepi pengunjung, baik itu pengunjung yang dimaksud digunakan ingin membaca buku atau ingin meminjam buku atau mencari buku referensi.
Sepinya perpustakaan ini salah satunya disebabkan rendahnya minat baca pelajar, mahasiswa atau rakyat umum.
Ada beberapa faktor penyebab rendahnya minat baca rakyat salah satunya belum ada kebiasaan yang mana itu ditanamkan budaya membaca sejak dini dalam keluarga. Peran orang tua dalam menanamkan kebiasaan membaca adalah hal yang mana penting dalam meningkatkan kemampuan literasi anak.
Jika ingin menumbuhkan budaya baca pada penduduk mestinya dimulai dari membangun kebiasaan membaca pada anak anak usia dini. Karena kebiasaan di area tempat waktu kecil akan menjadi prilaku sekaligus karakter pada masa dewasa. Jika membaca sudah pernah menjadi prilaku serta karakter pada umum maka dari situlah akan tumbuh budaya membaca.
Tanpa itu hampir hampir tak mungkin tumbuh budaya membaca dengan sendirinya tanpa ada upaya yang mana dimaksud sistematis serta berkelanjutan. Artinya upaya menumbuhkembangkan budaya membaca adalah sebuah bidang usaha satu generasi tidaklah mungkin dicapai hanya sekali sekali dengan program instan.
Selain itu, akses lembaga institusi belajar belum merata serta minimnya kualitas sarana pendidikan. Sudah menjadi fakta bahwa masih banyak anak yang dimaksud mana putus sekolah, sarana lembaga institusi belajar yang digunakan digunakan tidaklah menyokong kegiatan belajar serta ditambah mata rantai birokrasi institusi belajar yang tersebut panjang. Itu semua menjadi faktor penghambat dalam menumbuhkembangkan minat baca kemudian sekaligus budaya baca masyarakat.
Data Organisasi Pendidikan, Keilmuan, lalu Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco) serta Kementerian Komunikasi serta Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) mendapati, indeks minat baca umum Indonesia semata-mata sekali di tempat area bilangan 0,001 persen. Dengan kata lain, dari seribu orang Indonesia, belaka belaka satu orang yang gemar membaca buku.
Untuk meningkatkan minat baca, menurut dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Mochamad Nursalim, perlu kesadaran bahwa sekarang ini ada banyak sekali sumber bacaan kemudian pengetahuan. Buku bukan lagi semata-mata sebagai buku cetak, tetapi juga buku elektronik atau e-book maupun jurnal-jurnal atau hasil riset yang mana itu tersedia di dalam area berbagai wadah digital terpercaya.
Meski tak ada buku, internet atau media sosial tertentu dapat menjadi sumber belajar. Banyak sekali podcast, diskusi, seminar atau kuliah umum yang mana itu dapat disaksikan pada area YouTube.
Namun, ketika berkaitan dengan kompetensi juga keilmuan, seseorang yang tersebut itu mengandalkan belajar lewat Youtube hanya sekali tidaklah cukup sebab semua orang dapat menyebabkan konten, menulis atau berpendapat dengan bebas.
Maka pembaca juga harus pandai memilah serta memilih sumber belajar. Termasuk memilih media digital belajar yang tepat juga terpercaya untuk meningkatkan kapasitas keilmuan juga kompetensi.
Peran Perpustakaan
Undang-Undang (UU) Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebut bahwa salah satu tujuan dari perpustakaan adalah menggerakkan serta meningkatkan minat baca serta memperdalam wawasan penduduk dalam rangka peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa serta negara.
Dengan demikian, peran perpustakaan amat penting dalam memacu minat baca lalu daya baca masyarakat. Bahkan dapat dikatakan tinggi rendahnya minat baca lalu daya baca penduduk tergantung sejauh mana peran yang mana diambil perpustakaan dalam menyokong minat baca rakyat itu sendiri.
Mendorong minat serta daya baca rakyat menjadi suatu yang tersebut dimaksud sangat penting sebab minat baca rakyat sebagai indikasi tinggi rendahnya tingkat literasi serta bahkan tingkat intelektualitas masyarakat.
Kemajuan teknologi telah dilakukan lama mengubah cara orang mengakses sumber bacaan. Masyarakat pun saat ini tidaklah perlu lagi datang ke perpustakaan untuk sekedar membaca buku. Oleh akibat itu, perpustakaan didorong memperluas fungsi lalu juga perannya agar bukan ada sekadar menjadi tempat membaca.
Transformasi perpustakaan diperlukan untuk memperkuat perannya sebagai sarana pembelajaran. Pemanfaatan sumber bacaan dengan menggunakan teknologi informasi diharapkan membantu penduduk dalam menjawab kebutuhan sehari-hari.
Untuk itu, perlu adanya pembenahan kemudian terobosan baru pada perpustakaan mulai dari peningkatan kualitas juga kuantitas pustakawan, memberikan layanan yang dimaksud hal tersebut berkualitas, meningkatkan ragam layanan perpustakaan.
Ragam layanan ini mampu jadi merupakan membentuk klub pembaca dan juga juga klub penulis. Membuka layanan khusus tentang kepenulisan ini penting, mengingat budaya menulis merupakan tindakan lanjut dari budaya membaca yang digunakan mana menjadi misi perpustakaan.
Selain itu, membuka layanan kecakapan hidup (lifeskill) seperti kursus komputer, bahasa Inggris, jarimatika (sempoa), elektronika lalu lainnya. Kemudian, membuka layanan hotspot. Layanan hotspot yang dimaksud digunakan memberi akses internet gratis akan memudahkan pemustaka atau pengguna perpustakaan untuk mendapatkan informasi secara optimal di dalam dalam perpustakaan.
Selanjutnya, membuka layanan perpustakaan secara daring dengan memproduksi blog perpustakaan. Hal ini merupakan salah satu media yang mana itu cukup murah-meriah untuk membentuk jaringan kerja-sama antarperpustakaan.
Terakhir membuka layanan galeri seni budaya. Perpustakaan dapat menjadi salah satu pusat kebudayaan penduduk dengan menggelar secara periodik seni tari, musik, teater, mendongeng (story telling) lalu juga puisi.
Kota literasi
Kota Surabaya, Jawa Timur pada tahun 2014 mendeklarasikan diri sebagai "kota literasi". Dimana literasi itu sendiri merupakan kemampuan membaca lalu menulis.
Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Perpustakaan lalu Kearsipan (Dispusip) setempat terus berkomitmen meningkatkan literasi atau minat baca tulis masyarakat. Salah satu upaya itu diimplementasikan dengan menyediakan beragam kemudahan akses layanan literasi yang tersebut digunakan tersebar di area dalam Kota Pahlawan.
Saat ini terdapat dua perpustakaan umum milik Pemkot Surabaya yang tersebut mana dapat diakses gratis oleh masyarakat. Lokasinya berada di area dalam Alun-Alun Balai Pemuda lalu Rungkut Asri Tengah Surabaya. Selain menyediakan layanan literasi dengan lokasi menetap, Dispusip juga mempunyai lima perpustakaan mobil keliling.
Tak belaka sekali itu, layanan literasi juga tersedia melalui Taman Bacaan warga (TBM) yang mana digunakan tersebar pada Balai RW Surabaya. Saat ini ada sekitar 500 TBM yang tersebut yang disebut tersebar dalam tempat seluruh Kota Pahlawan. Ada di dalam dalam Balai RW, hingga kantor kelurahan atau kecamatan.
Dispusip berkomitmen menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang hal tersebut menarik untuk dikunjungi. Tidak sekadar menyediakan koleksi buku bacaan, tetapi juga berbagai kegiatan kemudian layanan seperti dongeng, wisata buku serta sebagainya. Di perpustakaan Balai Pemuda misalnya, tersedia layanan English Corner, Korea Corner, Disleksia Corner hingga BI Corner.
Sedangkan terkait dengan buku, Dispusip juga terus menambah total total koleksinya. Koleksi buku di dalam area perpustakaan ini tak ada semata-mata diadakan melalui anggaran pemkot, tetapi juga banyak dalam antaranya yang mana yang berasal dari para donatur.
Saat ini total kunjungan di area tempat dua perpustakaan umum terbanyak mampu jadi mencapai 52 ribu orang per bulan. Sedangkan jumlah total total pengunjung paling rendah mencapai 31 ribu orang per bulan. Kalau perpustakaan Balai Pemuda untuk hari biasa kunjungan mencapai sekitar 300 orang, sedangkan weekend atau hari libur sekolah mencapai sekitar 600 pengunjung.
Jumlah kunjungan ini mulai meningkat pascapandemi COVID-19. Karena saat pandemi, kunjungan perpustakaan dibatasi untuk protokol kesehatan. Tingginya jumlah total agregat pengunjung dalam perpustakaan umum ini tidaklah lepas dari berbagai layanan yang tersebut dimaksud disediakan oleh Dispusip Surabaya.
Sebagai saran, untuk mengatasi turunnya minat baca masyarakat, pemerintah juga perlu menjalin kerja mirip dengan berbagai pihak untuk pengadaan sumber bacaan juga perbaikan sarana perpustakaan.
Apabila itu dikerjakan dengan baik, maka kelak tercipta penduduk Indonesia yang mana dimaksud cerdas lalu berkualitas. Tujuan dari adanya perpustakaan guna menggerakkan kemudian meningkatkan minat baca serta memperdalam wawasan rakyat dalam rangka peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa serta negara, dapat terwujud.
seperti yang diulas di dalam tempat atas sanggup hanya tercapai.
Sumber: Antaranews.com